Jumat, 29 Juni 2012, 04:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
Suatu ketika saya berdiskusi dengan salah seorang teman sekantor ikhwal shalat dan ibadah sosial. Teman saya itu, bertanya, ''Bagaimana aspek sosial dari ibadah shalat?''
Dia merasa bahwa ritual shalat hanya bersifat vertikal, antara manusia dengan Allah SWT (Hamblumminallah).
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mengkajinya melalui Alquran. Dalam sebuah ayatnya, Allah SWT berfiman: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang ruku” (Al Baqarah : 43).
Ayat itu menyiratkan bahwa shalat dan ibadah sosial (zakat) merupakan ‘satu paket’ ibadah yang harus dilakukan secara bersamaan. Karena shalat merupakan wakil dari jalur hubungan dengan Allah, sedangkan zakat adalah wakil dari jalan hubungan dengan sesama manusia.
Allah SWT berfirman, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat ria, dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” (QS. Al-Ma’uun, 107 : 1-7)
Dari ayat ini kita bisa memahami bahwa orang yang shalat itu dapat dimasukkan ke dalam neraka bilamana shalat mereka tidak membuatnya menjadi pembela kepada fakir miskin dan anak yatim.
Sebagian ulama besar berpendapat, jika shalat adalah tiang agama, maka ibadah sosial (zakat) merupakan mercusuar agama. Atau dengan kata lain shalat merupakan ibadah jasmaniah yang paling mulia. Sedangkan ibadah sosial dipandang sebagai ibadah hubungan kemasyarakatan yang paling mulia.
Dengan demikian, shalat dapat dipahami sebagai sarana melatih diri untuk menjaga hak-hak sosial. Menjaga hak-hak orang lain adalah diantara bukti nyata keadilan. Untuk menjaga hak-hak orang lain.
Shalat yang juga merupakan ibadah terbaik, mempunyai peran luar biasa dalam mengokohkan kekuatan pengontrol pada diri manusia. Untuk itu, shalat sangat berpengaruh pada perluasan keadilan individu dan sosial.
Umat Islam juga meyakini bahwa sholat dan ibadah sosial merupakan pintu masuk surga Allah SWT. Dalam sebuah hadis disebutkan, orang yang mendirikan shalat dan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga.
“Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR Bukhari).
Hadis di atas juga dapat kita renungkan dari dampak shalat terhadap ibadah sosial. Seseorang saat mengerjakan sholat, harus menjaga syarat-syarat yang di antaranya adalah kehalalan tempat dan pakaian yang digunakannnya. Serta tidak pernah melupakan aspek ibadah sosial. Dengan demikian, shalat pada dasarnya mengajarkan kepada kita untuk terus meningkatkan keimanan secara sosial.
Redaktur: Heri Ruslan
Sumber :
Republika Online - http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/06/28/m6c6f8-makna-shalat-dan-ibadah-sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar