Minggu, 29 Juli 2012, 05:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, Suatu malam, Rasulullah SAW memanggil pembantunya, Rabi’ah Ka’ab Al Aslami, untuk mengambilkan air wudlu dan mengerjakan keperluan lain.
Usai Rabi’ah melaksanakan tugas, tiba-tiba Rasulullah bersabda, “Sekian lama engkau mengabdi kepadaku, aku belum sempat membalas jasamu. Sekarang, mintalah yang engkau suka dariku.”
Setelah berpikir sejenak, Rabi’ah menjawab, “Ya Rasulullah, aku tak berharap balas jasa. Aku cuma mohon satu hal, perkenankan aku meneruskan pengabdian melayani engkau di surga kelak.”
Permintaan Rabi’ah membuat Nabi sulit menjawab. Nabi saw sadar tak seorang pun mampu menjamin diri sendiri masuk surga, apalagi menjamin orang lain. Karena itu beliau bertanya, “Bagaimana jika diganti dengan permintaan lain?”
Cuma itu permohonan saya, wahai Nabi, tandas Rabi’ah. “Kalau begitu, bantulah aku untuk meluluskan apa yang engkau pinta dengan memperbanyak sujud." ujar Nabi.
Permohonan Rabiah, mencerminkan sikap awam yang sadar akan keawamannya. Kesadaran membangkitkan kecintaan dan pengabdian mereka kepada orang-orang saleh. Kalaupun mereka tak mampu menjadi saleh. setidaknya mereka bisa menyertai orang-orang saleh itu di akhirat kelak.
Rois Akbar Nahdlatul Ulama (NU). KH Hasyim Asy'ari. dalam kitabnya Al Nur Al Mubin fi Mahabbah Sayyid Al Mursalin mengutip syair Arab yang kira- kira bermakna demikian. "Aku mencintai orang-orang saleh. Biarpun aku tak termasuk diantara mereka. Sebab, aku mengharapkan syafaat (pertolongan) mereka. Sebaliknya, aku benci orang-orang yang suka berbuat maksiat, kendati aku punya hobi yang sama."
Meski kecintaan terhadap orang-orang saleh bisa mengantarkan seseorang untuk memperoleh syafaat, tapi kecintaan yang hakiki harus ditunjang dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul. Maka, dalam Quran Surah An Nisa ayat 69, Allah SWT menegaskan, “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan diikutsertakan dengan orang-orang yang telah mendapat nikmat dari Allah, yakni para nabi, para shiddiqin (orang- orang yang sangat jujur dan konsisten memegang agama), para syuhada (para pejuang yang tewas sebagai martir), dan para shalihin (orang-orang yang kaya dengan amal saleh). Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Itu sebabnya, kendati Rasulullah SAW punya hak untuk meluluskan permintaan pembantunya, beliau tak serta merta mengabulkan, melainkan meminta agar Rabi'ah berusaha mewujudkan keinginannya dengan amal saleh. Antara lain dengan memperbanyak sujud.
Di bulan Ramadhan seperti sekarang, kesempatan beramal saleh dan bersujud terbuka luas. Karena itu. rugilah mereka yang tak mampu memanfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya.
Ramadhan Bulan Seribu Bulan, Oleh; M. Ishom Hadzik
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: Hannan Putra
Sumber :
Republika Online - http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/07/29/m7w5l4-inilah-jalan-menuju-surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar